Meraih Cinta Allah: 14 Amalan Spesifik agar Dicintai oleh-Nya

Rangkuman Poin Kajian Ustadz Firanda Andirja

Dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah anugerah terbesar dan nikmat paling agung yang bisa diraih oleh seorang hamba. Syekh As-Sa'di rahimahullah menyebut bahwa jika Allah sudah mencintai seorang hamba, Dia akan memudahkan hamba tersebut dalam segala urusan kebaikan, menjauhkannya dari kemungkaran, dan menjadikan hamba-hamba-Nya yang lain turut mencintainya.

Al Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, "Yang penting bukanlah engkau mencintai Allah. Tapi yang lebih penting daripada itu semua adalah bagaimana engkau dicintai oleh Allah."

Lalu, apa saja amalan-amalan spesifik yang jika kita lakukan akan mendatangkan cinta Allah? Berdasarkan dalil-dalil khusus, berikut adalah 14 amalan yang disebutkan:

14 Amalan Spesifik untuk Meraih Cinta Allah

1. Mengikuti Sunnah (Ittiba' As-Sunnah)

Ini adalah bukti terbesar cinta seorang hamba. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ali Imran:
"Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (fattabi'uni), niscaya Allah akan mencintaimu (yuhbibkumullah)...'"
Ini mencakup menjalankan amalan wajib dan terus mendekatkan diri dengan amalan-amalan nawafil (sunnah), seperti yang disebutkan dalam Hadits Qudsi, "...Senantiasa hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan perkara-perkara sunnah sampai Aku pun mencintainya."

2. Zuhud Terhadap Dunia

Dalam sebuah hadits disebutkan, "Zuhudlah terhadap dunia, niscaya Allah akan mencintaimu..."
Makna zuhud yang paling indah, sebagaimana dijelaskan Ibnu Taimiyah, adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak ada manfaatnya di akhirat. Ini adalah amalan hati yang teraplikasi dalam perbuatan, di mana orientasi kita selalu akhirat.

3. Mencintai Orang Lain Karena Allah

Yaitu mencintai seseorang bukan karena faktor duniawi (seperti harta, jabatan, atau rupa), tetapi murni karena ketaatan dan keimanannya kepada Allah. Dalam Hadits Qudsi, Allah berfirman, "Wajib cintaku (Wajabat mahabbati) bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku, yang saling mengunjungi karena Aku, dan yang saling memberi karena Aku."

4. Lemah Lembut (Tawadu) kepada Sesama Mukmin

Ini adalah sifat pertama dari kaum yang dicintai Allah dalam Surat Al-Maidah (Adillatin 'alal mu'minin). Yaitu bersikap rendah hati, penuh kasih sayang, murah senyum, dan mudah bergaul dengan sesama orang beriman, tidak merasa lebih tinggi dari mereka.

5. Tegas dan Mulia (Izzah) di Hadapan Orang Kafir

Sifat lanjutannya adalah (A'izzatin 'alal kafirin). Seorang mukmin harus menunjukkan izzah (kemuliaan, kekuatan, dan ketegasan) di hadapan orang-orang kafir yang menentang Allah, bukan sebaliknya (bersikap kasar pada mukmin dan rendah diri di hadapan orang kafir).

6. Berjihad di Jalan Allah

(Yujahiduna fi sabilillah). Berjihad untuk menegakkan kalimat Allah dengan apa yang kita mampu, baik dengan harta, jiwa, lisan (perkataan), maupun perbuatan.

7. Tidak Takut Cercaan Manusia

(Wala yakhafuna laumata la'im). Sifat ini menunjukkan kuatnya mental seorang mukmin. Dia mendahulukan ridha Allah di atas keridhaan manusia dan tidak peduli dengan cercaan orang lain ketika dia sedang membela atau menyampaikan kebenaran.

8. Berinfak di Waktu Lapang dan Sempit

Ini adalah ciri pertama Al-Muhsinin (orang yang berbuat ihsan) yang dicintai Allah. (Alladzina yunfiquna fis-sarra'i wad-darra'). Mereka senantiasa (kontinu) berinfak, baik saat rezeki sedang lapang maupun saat sedang sempit.

9. Meredam Amarah

(Wal-kaziminal-gaiz). Ini adalah level ihsan yang tinggi. Yaitu kemampuan untuk menahan amarah yang sudah memuncak, padahal ia mampu untuk melampiaskannya, namun ia menahannya karena Allah Subhanahu wa Ta'ala.

10. Memaafkan Kesalahan Orang Lain

(Wal-'afina 'aninnas). Ini adalah ibadah yang hanya bisa dilakukan ketika kita dizalimi. Memaafkan orang yang telah berbuat salah atau zalim kepada kita adalah puncak ihsan yang sangat dicintai oleh Allah.

11. Bertakwa (Al-Muttaqin)

Allah berfirman, "Wallahu yuhibbul muttaqin" (Allah mencintai orang-orang yang bertakwa). Takwa secara spesifik adalah meninggalkan kemaksiatan. Puncak ketakwaan adalah ketika seseorang mampu meninggalkan maksiat saat ia sedang bersendirian dan tidak ada yang melihatnya, karena ia tahu Allah mengawasinya.

12. Bersabar (As-Sabirin)

Allah berfirman, "Wallahu yuhibbus-sabirin" (Allah mencintai orang-orang yang bersabar). Sabar adalah amalan yang sangat berat, terutama sabar dalam menghadapi musibah yang berkepanjangan, seperti kesabaran Nabi Ya'qub 'Alaihissalam yang kehilangan putranya puluhan tahun.

13. Berbuat Adil (Al-Muqsitin)

Allah berfirman, "Innallaha yuhibbul muqsitin" (Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil). Kita harus berusaha adil dalam segala situasi: adil di antara anak-anak, adil di antara istri-istri (jika lebih dari satu), adil kepada bawahan, dan adil dalam menilai seseorang, bahkan terhadap orang yang kita benci.

14. Bertawakal (Al-Mutawakkilin)

Allah berfirman, "Innallaha yuhibbul mutawakilin" (Allah mencintai orang-orang yang bertawakal). Yaitu orang-orang yang senantiasa menyandarkan hatinya hanya kepada Allah dalam segala urusan. Dia tahu bahwa manusia hanyalah sebab, dan segala keberhasilan hanya datang dari Allah.


Konsekuensi Dicintai Allah: Ujian yang Berat

Sebagai penutup, Ustadz Firanda mengingatkan sebuah konsekuensi penting: semakin seorang hamba dicintai oleh Allah, maka akan semakin berat pula ujiannya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Allah akan uji mereka."

Orang yang paling dicintai Allah adalah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam dan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam (keduanya bergelar Khalilullah atau Kekasih Allah). Lihatlah ujian mereka: keduanya diuji pada hal-hal yang paling mereka cintai.

Jika kita ingin dicintai oleh Allah, kita harus siap untuk diuji oleh-Nya. Semoga kita dimudahkan untuk mengamalkan amalan-amalan ini dan meraih cinta-Nya.