Perbaiki Shalatmu: 3 Poin Kritis yang Sering Dilalaikan
http://saifulindo.github.io/salaf/perbaiki-shalatmu/
Published: Nov 12, 2025
Published: Nov 12, 2025
Rangkuman Poin Kajian Ustadz Ammi
Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan ancaman keras dalam Al-Qur'an: "Celakalah orang-orang yang shalat." (QS. Al-Ma'un). Seorang ulama tabi'in, Atha bin Dinar, bersyukur Allah tidak berfirman "FII sholatihim" (LUPA DI DALAM SHALAT), karena itu manusiawi. Bahkan Rasulullah ﷺ pernah lupa jumlah rakaat, dan dari situlah ada syariat Sujud Sahwi.
Ancaman sesungguhnya ditujukan kepada mereka yang "AN sholatihim sahun" (LUPA DARI SHALATNYA). Maknanya adalah melalaikan dan meremehkan shalat. Menurut Ibnu Katsir, ini mencakup dua hal: (1) Orang yang tidak shalat sama sekali, atau (2) Orang yang shalat, namun tidak menyempurnakan syarat dan rukunnya.
Dalam hadits, shalat yang lalai ini disebut sebagai "Shalatnya Orang Munafik", yang memiliki tiga ciri utama pelanggaran:
- Masalah Waktu: Suka menunda-nunda shalat, terutama shalat Ashar, hingga matahari hampir tenggelam.
- Masalah Tata Cara: Shalatnya sangat cepat, seperti "mematuk" (tanpa tuma'ninah).
- Masalah Kualitas Batin: Tidak mengingat Allah kecuali sedikit (tidak khusyuk).
Kajian ini berfokus pada perbaikan tiga aspek tersebut.
1. Perbaikan Aspek Waktu: Pahami Beda Ikhtiari dan Dhoruri
Waktu shalat terbagi menjadi dua:
- Waktu Ikhtiari (Waktu Pilihan): Rentang waktu normal di mana kita boleh memilih shalat di awal, tengah, atau akhirnya tanpa berdosa. Contoh: Waktu Ashar dari masuk waktu hingga matahari menguning.
- Waktu Dhoruri (Waktu Darurat): Rentang waktu sempit yang hanya boleh digunakan oleh mereka yang memiliki 'udzur syar'i (seperti musafir). Contoh: Waktu Ashar dari matahari menguning hingga terbenam.
Orang yang sengaja menunda shalat hingga masuk waktu dhoruri tanpa alasan (seperti karena main bola atau dolanan manuk) telah berdosa dan termasuk dalam kategori "melalaikan shalat".
Kaidah Penting: Sempurna Metode > Tepat Waktu
Ada kaidah fikih yang berbunyi: "Memperhatikan kesempurnaan tata cara (kaifiyah) lebih diutamakan daripada memperhatikan ketepatan waktu."
Artinya, jika dihadapkan pada pilihan: shalat tepat waktu tapi tidak sempurna (misal: shalat di kursi kereta tanpa bisa ruku'/sujud sempurna) vs. shalat di akhir waktu tapi sempurna, maka utamakan yang sempurna.
- Dalil 1: Kita diperintahkan makan dulu jika makanan terhidang, atau ke toilet dulu jika ingin buang hajat, agar shalat bisa sempurna (khusyuk) meskipun waktunya tertunda.
- Dalil 2: Kisah Nabi ﷺ bangun kesiangan setelah matahari terbit. Beliau tidak langsung shalat, tapi memerintahkan sahabat pindah tempat dulu, berwudhu, shalat qobliyah, baru shalat Subuh. Ini menunjukkan prioritas kesempurnaan syarat dan rukun.
- Aplikasi: Lebih baik menjamak takhir shalat di stasiun/bandara tujuan (dengan wudhu dan rukun sempurna) daripada shalat di atas kendaraan dengan tayamum yang tidak sah (di jok) dan gerakan yang tidak sempurna.
2. Perbaikan Aspek Tata Cara: Pahami Beda Rukun, Wajib, dan Sunnah
Dalam shalat, ada tiga tingkatan amalan:
- Rukun (Pilar): Ibarat tiang rumah. Jika ditinggalkan (sengaja atau tidak), shalatnya Batal. Contoh: Tuma'ninah.
- Wajib (Kewajiban): Ibarat tembok rumah. Jika terlupa, shalat tetap sah tapi harus "ditambal" dengan Sujud Sahwi.
- Sunnah (Anjuran): Ibarat perabotan. Dikerjakan dapat pahala, ditinggal tidak apa-apa.
Kesalahan fatal kaum muslimin adalah sibuk mengejar sunnah (misal: melafalkan ushalli) tapi meremehkan rukun (Tuma'ninah). Shalat tarawih 21 rakaat dalam 7 menit mungkin membaca Fatihah dan sujud (rukun), tapi ia meninggalkan Tuma'ninah (rukun), sehingga shalatnya tidak sah.
Solusi: Jadikan setiap gerakan shalat kita berdalil. Pelajari buku Sifat Shalat Nabi. Jika imam shalat terlalu cepat hingga tidak tuma'ninah, makmum wajib mufaroqoh (memisahkan diri) dan shalat sendiri, karena shalat di belakangnya tidak sah.
3. Perbaikan Aspek Kualitas Batin: "Beri Pekerjaan" Pada Hatimu
Khusyuk 100% memang tidak wajib, namun pahala shalat kita diukur sebanding dengan tingkat khusyuk kita. Bisa jadi kita hanya dapat 1/10 atau 1/100 pahala.
Masalahnya, hati (batin) tidak pernah diam. Jika tidak diberi pekerjaan, ia akan mencari "pekerjaan" sendiri (mikirin jemuran, rencana setelah shalat, dll).
Agar khusyuk, kita harus "memberi pegangan" atau pekerjaan pada hati kita. Ada tiga pekerjaan untuk hati saat shalat:
- Mikir Gerakan: Fokus untuk menyempurnakan gerakan sesuai dalil. "Rukuk saya sudah lurus belum?"
- Mikir Pilihan Bacaan: Jika kita hafal banyak variasi doa (misal: 3 doa iftitah, 5 doa sujud), hati kita akan sibuk "memilih" mau pakai doa yang mana. Proses memilih ini adalah bagian dari khusyuk.
- Mikir Makna Bacaan: Merenungkan arti dari setiap bacaan yang kita ucapkan (misal: dengan bantuan buku Tafsir Shalat).
Dengan fokus pada tiga hal ini—memperbaiki waktu, menyempurnakan rukun, dan melatih batin—semoga shalat kita tidak lagi termasuk shalatnya orang-orang yang lalai. Wallahu a'lam.