2025

Kunci Sukses Bisnis Para Sahabat: Bukan Sekadar Materi

Mengapa kita harus meniru bisnis para sahabat? Karena iman mereka adalah standar yang diakui Allah (QS. Al-Baqarah: 137). Jika kita mendefinisikan "sukses" hanya sebatas fasilitas hidup (AC, kendaraan cepat, teknologi), maka manusia modern jauh lebih sukses daripada Abdurrahman bin Auf.

Namun, sukses sejati versi sahabat adalah ketika bisnis tersebut tidak menjadi sumber masalah—baik di dunia (konflik, sengketa) maupun di akhirat (hisab yang berat). Berikut adalah 3 kunci utama bagaimana para sahabat membangun bisnis yang berkah:


Tuo lan Temuwo: Menjadi Orang Tua Sejati yang Berwibawa

Menjadi tua adalah kepastian biologis, namun menjadi dewasa (temuwo) adalah kematangan spiritual dan emosional. Dalam kajian ini, Ustadz Abdullah Zaen menekankan pentingnya introspeksi diri bagi para orang tua agar benar-benar pantes menjadi teladan.


Banyak yang Lelah, Sedikit yang Pulang: Menjadikan Lelah Menjadi Lillah

Setiap manusia yang hidup di muka bumi pasti merasakan lelah. Namun, tidak semua rasa lelah itu "pulang" menjadi tabungan amal di akhirat. Banyak orang yang menghabiskan energinya hingga kering, namun di hadapan Allah, lelahnya sia-sia (Zong). Rangkuman ini membahas bagaimana mengubah kodrat lelah manusia menjadi kemuliaan di sisi Allah.


Perbaiki Shalatmu: 3 Poin Kritis yang Sering Dilalaikan

Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan ancaman keras dalam Al-Qur'an: "Celakalah orang-orang yang shalat." (QS. Al-Ma'un). Seorang ulama tabi'in, Atha bin Dinar, bersyukur Allah tidak berfirman "FII sholatihim" (LUPA DI DALAM SHALAT), karena itu manusiawi. Bahkan Rasulullah pernah lupa jumlah rakaat, dan dari situlah ada syariat Sujud Sahwi.

Ancaman sesungguhnya ditujukan kepada mereka yang "AN sholatihim sahun" (LUPA DARI SHALATNYA). Maknanya adalah melalaikan dan meremehkan shalat. Menurut Ibnu Katsir, ini mencakup dua hal: (1) Orang yang tidak shalat sama sekali, atau (2) Orang yang shalat, namun tidak menyempurnakan syarat dan rukunnya.


Interaksi Mukmin dan Dunia: 5 Prinsip Batin untuk Meluruskannya

Kita sering kali mengkaji tema-tema tentang zuhud, qanaah, dan bagaimana seorang mukmin harus bersikap terhadap dunia. Namun, seringkali kita merasa berat untuk mengamalkannya. Kita merasa lebih bahagia ketika mendapat harta daripada ketika mendapat ilmu.

Mengapa demikian? Karena interaksi kita dengan dunia lebih dominan berkaitan dengan amalan batin (suasana hati), bukan sekadar hukum halal-haram.


Meraih Cinta Allah: 14 Amalan Spesifik agar Dicintai oleh-Nya

Al Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, "Yang penting bukanlah engkau mencintai Allah. Tapi yang lebih penting daripada itu semua adalah bagaimana engkau dicintai oleh Allah."

Lalu, apa saja amalan-amalan spesifik yang jika kita lakukan akan mendatangkan cinta Allah? Berdasarkan dalil-dalil khusus, berikut adalah 14 amalan yang disebutkan:


2016

Bahagiakan Aku dengan Keindahan Akhlakmu

Akhlak adalah barometer kebaikan seseorang. Sebab, akhlak adalah gambaran agama dan iman. Al-Imam Ibnul Qayyim berkata, "Agama ini seluruhnya adalah akhlak; barang siapa memperbaiki akhlaknya maka baik pula agamanya."[2]

Sebaliknya, ketidakpedulian seseorang akan masalah akhlak merupakan indikasi akan kelemahan agama dan keimanannya. Al-Imam Fudhail bin Iyadh mengatakan, "Barang siapa jelek akhlaknya maka jelek pula agamanya."[3]


2014

Etika Pergaulan Islam

Bukan bermaksud guru ingin dihormati bukan, akan tetapi yang demikian itu perintah agama, seandainya kalian berat melakukan ini paling tidak kalian itu memiliki adab kepada semua manusia, agama ini bukan sekedar memerintahkan untuk memiliki etika kepada guru, akan tetapi agama ini memerintah kepada seorang muslim itu memiliki etika kepada orang tua, guru, teman, tetangga, dan semua manusia, dan ini merupakan bentuk untuk meraih sifat tawadhu' dan meraih faedah ilmu yang luas.


Agar terhindar dari jeleknya akhlak

اَللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ الْأَخْلاَقِ وَالْأَعْمَالِ وَالْأَهْوَاءِوَالْأَدْوَاءِ

“Ya Allah Jauhkanlah aku dari jeleknya akhlak, perbuatan hawa nafsu dan berbagai macam penyakit.” (HR. Ibnu Hibban:960, at-Tirmidzi: 3591, dan al-Hakim:1949)”[1]


Antara Adab dan Ilmu

Prinsip para salaf adalah “mereka mempelajari tentang adab, sopan santun dan tata karma, sebelum/sebagaimana mereka mempelajari ilmu”. Mereka sangat mendorong para muridnya untuk mengetahui adab sebelum mengerjakan ilmu.